Translate

Senin, 29 Agustus 2022

1.4.a.8. Koneksi Antar Materi - Modul 1.4_Budaya Positif

 BUDAYA POSITIF

Oleh : AHMAD SARIP, S.Pd. - GP A5
Sebagai lahan tempat tumbuh kembangnya murid, Sekolah harus memiliki lingkungan belajar yang positif agar tumbuh kembang anak dapat berjalan dengan baik yang dapat menciptakan kebiasaan-kebiasaan baik yang nantinya akan menciptakan budaya positif di lingkungan Sekolah.
Salah satu tanggung jawab seorang guru adalah bagaimana menciptakan suatu lingkungan positif yang terdiri dari warga sekolah yang saling mendukung, saling belajar, saling bekerja sama sehingga tercipta kebiasaan-kebiasaan baik; dari kebiasaan-kebiasaan baik akan tumbuh menjadi karakter-karakter baik warga sekolah, dan pada akhirnya karakter-karakter dari kebiasaan-kebiasaan baik akan membentuk sebuah budaya positif.
Penerapan disiplin positif di sekolah dengan cara merubah paradigma tentang makna disiplin yang cenderung menuntut kepatuhan anak dengan hukuman. dalam disiplin positif perlu ditekankan ialah penanaman motivasi pada murid-murid untuk menjadi orang yang mereka inginkan dan menghargai diri sendiri dengan nilai-nilai yang mereka percaya.
Motivasi perilaku manusia dapat dibedakan dalam 3 perilaku yaitu, untuk ;
  1. menghindari hukuman, 
  2. memperoleh penghargaan dan 
  3. menjadi orang yang menghargai diri sendiri berdasarkan kepercayaan masing-masing.
Hukuman, konsekuensi, dan restitusi akan selalu mengiringi perkembangan perilaku anak di sekolah. 
Hukuman dianggap identitas gagal dalam menciptakan disiplin positif, sedangkan disiplin positif yang dianggap sukses dimana mampu menerapkan konsekuensi dan restitusi dimana keduanya berdasarkan perencanaan bukan terjadi tiba-tiba.

Bila dikaitkan dengan filosofi Ki Hajar dewantara dimana guru sebagai penuntun untuk membantun akan tumbuh sesuai kodradnya disiplin positif merupakan cara yang dapat digunakan agar anak dapat memperoleh kemerdekaannya yang diarahkan untuk bertindak berdasarkan keyakinan yang diyakini.
dengan peran sebagai guru penggerak dimana diharapkan mampu memimpin perubahan yang mampu berkolaborasi dan berencana untuk mewujudkan prakarsa perubahan untuk membangun karakter anak yang sesuai dengan nilai kebajikan universal.

Disiplin selalu dikaitkan dengan keteraturan dan ketidaknyamanan/hukuman, padahal dalam penerapan disiplin positif hukuman dijadikan alternatif terakhir dalam upaya menciptakan disiplin positif. Berdasarkan pemikiran KI Hajar Dewantara “dimana ada kemerdekaan, di situlah harus ada disiplin yang kuat. Sungguhpun disiplin itu bersifat ‘self discipline’ yaitu kita sendiri yang mewajibkan kita dengan sekeras-kerasnya, tetapi itu sama saja; sebab jikalau kita tidak cakap melakukan self discipline, wajiblah penguasa lain mendisiplinkan diri kita. Dan peraturan demikian itulah harus ada di dalam suasana yang merdeka".

Disiplin kuat berasal dari dalam diri manusia itu sendiri bukan berasal dari orang lain
Dalam penerapan restutusi sebagai disiplin positif perlu diperhatikan 5 posisi kontrol yaitu, sebagai penghukum, pembuat merasa bersalah, teman, pemantau dan manager. Pendidik yang menerapkan disiplin positif menempatkan posisi kontrolnya sebagai manager agar dapat membangun motivasi yang berasal dari dalam diri murid. dengan memperhatikan kebutuhan apa yang sedang dibutuhkan murid. Mencari solusi atas masalah dengan mengembalikan ke keyakinan kelas dan keyakinan nilai yang diyakini.

Setelah saya mempelajari modul budaya positif saya banyak belajar bahwa apa yang dilakukan dalam mendisiplinkan anak bukan hanya dengan hukuman dan membuat akan merasa bersalah tetapi harus bisa menanamkan nilai keyakinan kuat untuk anak dapat mendisiplinkan dirinya sendiri dengan motivasi intrinsik.

Hukuman sudah berbudaya dalam sekolah dimana setiap pelanggaran akan berujung pada hukuman. Posisi sebagai penghukum sangat kental. Pengalaman pertama saya menerapkan teori budaya positif dengan membuat kesepakatan/keyakinan kelas yang saya buat bersama anak-anak. 
Setelah saya membaca efek dari hukuman dan membuat anak merasa bersalah akan menimbulkan trauma bagi anak saya mulai menerapkan restutusi dalam setiap penanganan kasus indisiplinier yang saya hadapi.

Tanpa saya sadari saya sudah pernah melaksanakan segitiga restutisi hanya saja belum mengetahui konsep dasar penanganan kasus dengan segitiga restutusi. Seperti selalu berupaya meyakinkan anak untuk meyakinin apa yang diyakini di dalam kelas. berusaha mendorong anak untuk selalu sadar akan motivasinya sendiri bukan hanya karena dorongan orang lain.

Selain modul budaya positif yang telah dipelajari pentingnya peran lembaga praktisi dalam sekolah untuk selalu bersinergi dalam mewujudkan budaya positif di sekolah.

RANCANGAN TINDAKAN UNTUK AKSI NYATA

Latar Belakang

Peningkatan prestasi yang diharapkan sekolah dan pendidik akan tercipta jika didukung lingkungan yang kondusif dalam upaya pencapaian karakten yang sesuai dengan nilai kebajikan yang diharapkan.
Budaya positif dapat menciptakan disiplin positif yang kuat untuk menciptankan amanat pendidikan nasional. 
Arti pendidikan tertuang dalam UU No. 20 Tahun 2003 pasal 1 ayat 1 yang menyebutkan “Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
Motivasi positif dengan mengembangkan dissiplin kuat yang berasal dari dalam diri anaka akan memnumbuhkan kebebasan yang berkarakter sebagai manusia indonesia yang utuh berdasarkan Pancasila.

Tujuan

Menciptakan budaya positif di lingkungan Sekolah

Tolak Ukur

  • Murid memiliki motivasi intrinsik
  • Murid berprilaku berdasarkan nilai yang diyakini bukan karena orang lain
  • Murid mampu menterjamahkan nilai yang terkandung dalam setiap keyakinan kelas.

Linimasa Tindakan yang dilakukan

  • Membuat Kesepakatan/Keyakinan kelas bersama dengan murid
  • Meyakinin nilai yang tersirat dalam setiap keyakinan kelas
  • Memahami konsekuensi dalam setiap perilaku di kelas.
  • Menerapkan segitiga Restutusi

Dukungan yang dibutuhkan.

  • Peran aktif murid
  • peran aktif guru
  • poster-poster keyakinan kelas.
Salam dan Bahagia

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Restitusi - Segitiga Restitusi

Segitiga Restitusi Sisi 1. Menstabilkan Identitas (Stabilize the Identity) Bagian dasar dari segitiga bertujuan untuk mengubah identitas ana...